Minuman berenergi aman tidak berbahaya asalkan kandungan kafein dalam minuman penambah energi tersebut tidak lebih dari 50 mg (sesuai dengan ketentuan BPOM), karena jumlah ini yang diyakini sebagai ambang batas normal. Bila angka lebih dari itu masih dikonsumsi dalam jangka panjang, dikhawatirkan akan berkembang menjadi penyakit-penyakit seperti darah tinggi, ginjal, penyakit gula hingga penyakit jantung dan stroke juga risiko keguguran untuk wanita hamil.
Pengaruh negative dari konsumsi minuman berenergi secara umum berasal dari komposisi kafeinnya. Telah diketahui bersama bahwa kafein memiliki pengaruh buruk seperti diuresis (penambahan volume urin yang diproduksi dan jumlah (kehilangan) zat-zat terlarut dan air) dan natriuresis. Konsumsi kafein yang berlebih juga dapat menurunkan sensitivitas insulin dan meningkatkan rata-rata tekanan darah arteri. Dalam penelitian lebih lanjut, juga telah ditemukan fakta bahwa konsumsi kafein memiliki hubungan dengan nyeri kepala kronik, terutama pada wanita muda berusia kurang dari 40 tahun . Pada tingkat konsumsi kronis ditemukan pula gejala system saraf pusat, kardiovaskular, gastrointestinal dan disfungsi renal. Kafein yang mempunyai waktu paruh selama 6 jam juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Pada saat berolahraga, Energy Drink juga mungkin menyebabkan dehidrasi tubuh akibat efek diuretic yang ditimbulkan oleh kafein.
Komposisi Taurin dalam minuman berenergi juga berpotensi menimbulkan pengaruh negatif bagi tubuh. Secara alami asam-asam amino seperti taurin yang banyak terdapat pada empedu sapi. Namun demikian secara komersial, asam amino tersebut saat ini jarang yang diekstrak dari organ hewan. Di samping harganya yang lebih mahal, proses ekstraksi ini juga tidak praktis, serta kontinuitas bahan baku yang susah dipertahankan. Para produsen asam amino saat ini lebih melirik pada proses fermentasi dan reaksi kimiawi dari bahan-bahan sintetis. Kalaupun harus diperoleh dari ekstraksi, biasanya diambil dari bahan-bahan yang tidak sulit didapatkan, seperti bulu unggas, rambut manusia dan juga biji jagung. Dari segi kehalalan, asam amino yang dihasilkan dari reaksi kimia sintetis sebenarnya lebih aman, karena tidak melibatkan bahan yang kritis. Namun reaksi asam kuat dan bahan-bahan kimia tersebut diduga memiliki pengaruh yang kurang baik bagi kesehatan, terutama jika digunakan dalam dosis yang berlebihan. Sedangkan proses fermentasi untuk menghasilkan asam amino tersebut memiliki kekritisan dalam penggunaan media fermentasi.